Kamis, 14 Mei 2009
Tulisan ini sengaja saya buat mennyusul pertanyaan rekan-rekan yang banyak menginginkan informasi mengenai pendaftaran Akpol. Saya pribadi memang tidak berkecimpung langsung dalam masalah seleksi anggota Polri khususnya Taruna Akpol. Namun sebagai pengasuh di Akpol saya memiliki sedikit informasi yang mungkin dapat berguna bagi rekan-rekan. Informasi ini didasarkan pada pengalaman seleksi Taruna Akpol pada tahun-tahun sebelumnya.
Sebelum melanjutkan tulisan ini, saya mengajak para pembaca untuk tidak berpikiran negatif terlebih dahulu terhadap proses seleksi Taruna Akpol ini. Karena seperti pada tulisan saya sebelumnya, proses seleksi ini sendiri selalu melibatkan pihak luar (LSM, Kedokteran, Universitas, dll) sampai pada akhirnya mendapatkan standarisasi dari ISO. Sehingga prinsip bersih, transparan, dan akuntabel selalu dijunjung dengan tinggi.
Jangan mudah percaya terhadap oknum-oknum anggota khususnya apabila ada pihak yang menawarkan dapat membantu anda dalam proses seleksi untuk menjadi anggota Polri, dengan meminta sejumlah “imbalan”. Karena pada dasarnya oknum-oknum tersebut, orang bilang “bagaikan menembak di atas kuda”. Apabila calon yang ia “bantu” itu berhasil masuk (yang padahal memang dia bagus dan pantas lulus tes) maka dia akan mendapatkan imbalannya, dengan sama sekali tidak melakukan jasa apapun yang berarti. Bukankah ini artinya untung-untungan juga. Namun apabila tidak berhasil maka dia akan mengembalikan “imbalan” itu dengan berbagai alasan kenapa tidak berhasil meluluskan si calon. Masih untung bila dikembalikan, bila tidak? Bukankah sudah banyak kejadian seperti ini, kenapa kita tidak mau belajar dari pengalaman ini.
Lagian secara logika, buat apa sih orang mau berkorban puluhan hingga ratusan juta “hanya” untuk menjadi seorang polisi. Yang apabila dilihat dari standar gaji seorang lulusan perwira berpangkat Inspektur Dua hanya berkisar tiga jutaan. Apakah itu sesuai dengan biaya yang harus dikeluarkan. Kalau saya pribadi kok ya “ogah amat”. Akan tetapi kalau dari awal sudah memiliki niat, apabila berhasil menjadi polisi nanti akan mencari uang pengganti yang telah dikeluarkan saat dia masuk polisi, ini yang salah. Berarti orang-orang yang seperti ini tidak mencintai profesi polisi sebagai abdi dan pelayan masyarakat, yang memanfaatkan profesi polisi hanya sebagai jalan untuk memuaskan kepentingan pribadi.
Bangsa Indonesia ke depan akan semakin maju, dan Polri yang profesional akan mengawaki kehidupan berbangsa dan bernegara bersama komponen bangsa yang lain khususnya dalam hal penegakan hukum dan pemeliharaan kamtibmas. Apabila dalam tubuh Polri sendiri tidak diawaki dengan pribadi yang memiliki integritas yang baik, sangat disayangkan karena itu justru akan menjadi batu sandungan.
Jalan yang terbaik untuk menghadapi pendaftaran Akpol, adalah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya, mulai dari persiapan masalah administrasi, akademis, kesehatan, fisik hingga mental psikologi. Karena semua bidang itu yang akan diujikan dalam seleksi nantinya. Dengan memiliki kesiapan diri yang baik, tentu akan membuat kita semakin percaya diri. Kepercayaan diri yang tinggi bisa dijadikan modal awal menghadapi setiap tahapan tes yang akan dilakukan. Dalam tulisan-tulisan kedepan saya akan mencoba mengulas lebih detail tentang tahap-tahap tes yang akan dilalui dalam seleksi penerimaan Taruna Akpol. Semoga Bermanfaat.
Label: sCH00L